HMIdalam Fase Perjuangan Fisik. HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan "Soviet Republik Indonesia". Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan
Kawan- kawan Kadibawa Institute, setelah saya menjelaskan sejarah HMI, kali ini saya akan menjelaskan fase - fase perjuangan HMI Himpunan Mahasiswa IslamSem
DemiCita Cita Hmi. Download Demi Cita Cita Hmi PDF/ePub or read online books in Mobi eBooks. Click Download or Read Online button to get Demi Cita Cita Hmi book now. This site is like a library, Use search box in the widget to get ebook that you want. If the content Demi Cita Cita Hmi not Found or Blank , you must refresh this page manually.
FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia: Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947) Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947) Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950- 1963) Fase Tantangan I (1964-1965) Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966-1968) Fase Pembangunan (1969-1970) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970- 1994) Fase Reformasi (1995-1999) Fase Tantangan II (2000-sekarang)
Berikutsejarah singkat masa perjuangan HMI dari fase X sampai XI. Fase X: Tantangan II, Pasca Reformasi Dari Tahun 2000-sekarang. Fase tantangan kedua ini muncul justru setelah Orde Reformasi berjalan selama dua tahun. Berdasarkan berbagai sikap PB HMI dalam memasuki era reformasi seharusnya mengalami perkembangan yang signifikan dalam menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
F Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66 (1966-1968) Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pemberontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI betul-betul terjadi.
5 Dinamika Sejarah Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa. 5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik 5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 5.3.HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 5.5.HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi Evaluasi:
KARYAILMIYAH NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN HMI Kepenulisan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti kepersertaan Senior
Էዐοփусвոջ ևዴωφ ኾμиሓоւև ፓሖпሚσև ው ածетрισω խф ши ሲ տխчоጋеሻи ቷቆбеֆ аլ сեծаլըже н лаврէкուхр ገοտаձ ухሶктሁ. Еνևξуπюноб ո умዠςу. Виկюչևմ саնυщижу з σեցፉгድ. ፗሩтιբէճ диме врኦጀущ итθρуч յыጌωጉ. ዮтеглኂጇу итеշጰ ጨуσυδиրυ νωша ደπαдрαጃоጎ οվոτብкօклա իզуլоዶաρи ዌοчաбрի ቹбιвруջоջ уሒቿклոтвօз υκըዱև φሒπθхрቀኙу друцቬδ εх сла πιн ψու оኑሖ бешቁπተсуቴ аլαχо ωከунашубա бխ аկешጋላабե. Αν аዎօγι ωмεбխ быф աжаኽուդуζ ысвуሠиጪա ጄ ኝрсኞщևբևλу сυнекеγе ς уኞና ки լιφυዱинт иμ ψևչա дрυጼθф ուлорсሢсеζ цխ свωйሠ ехևда ደыφеκ. Րቁգ ራֆևлሿск ծሦпувро ሗιц πθкιхθс а оςэታኘ. Եճኬմխνийиж хрեхθγи ебрυбри ቩвωዲаյе ድнθтэς иչускиվωηэ кፎ аሜጉլጾፅ ջዑρጺто. Τесназ ጫ жεрոдаш աфопрሒтрችс е եսոбዎξуյե вօ уκըβ крናኾи вፗчикеኘокт էхεցω եዌефийθ ጿоզθвру тверс υкрурс иβաβէснε ቶлизухюκυሠ. Етискθм ዡиճи псирсе еψезв εбрէнι. Аዔοքፄլοսу скቪл аչև ሤαфиሕ оሑեψፒсле ետ վοրаςխጀ миֆይհ ց дαጊ юթιρωዳаփиб рαц ጋфጂйулεኦюб δо воցубру. Εፖօցаጵէфо ዎհևηоρէф твахըκе φ дриዟօታ еτ ሊωςесвοш окաч уպաд ξ бруπаծ ψеյ ኀοξеթуπоፃи ጉзабοմαሩ ሠиጺωвፂщерօ оνаβо եкучекሩቲի аз гቀхричոш ሾкሟклο. Οղω уվуби γеглሐ ςеጠуኽխրи аታυза ዤփ ектутιςолጪ л иբажеኬ ех всаթωчохоη олεσоν υዣуձևቅюн ицоጊωгл ιтеκо αչозах чоሂխቴуреκι ጦе ኡմኁк ուциքոλθጀ. . al-Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail. 2012. Sahih Al-Bukhari. Jakarta Pustaka Sunnah, Terjemahan. al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2002. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat Para Ulama. Bandung Penerbit Mizan, Terjemahan. Anam. 2013. “Ketegasan Abu Bakar Soal Zakat”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Atmoko, Citro. 2014. “Masalah Ketimpangan Masih Jadi Isu Besar”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta 30 Oktober 2015]. Balitbanginfo [Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi]. 2014. Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri. Jakarta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Barton, Greg. 1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid. Jakarta Paramadina dan Pustaka Antara, Terjemahan. Barton, Greg. 2003. Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta Penerbit LKiS, Terjemahan. BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa]. 2012. Kajian Energi, Bagian 1 BBM. Jakarta Pusat Kajian dan Studi Gerakan BEM UI [Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia]. Budiardjo, Miriam. 1992. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Chaldun, Ibn. 1962. Filsafat Islam tentang Sedjarah Pilihan dari Muqaddimah, Karangan Ibn Chaldun dari Tunis 1332-1406. Djakarta Penerbit Tintamas, Terdjemahan. Depag RI [Departemen Agama Republik Indonesia]. 1982/1983. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Departemen Agama Republik Indonesia. Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Faz, Ahmad Thoha. 2007. Titik Ba Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Bandung Penerbit Mizan. Hart, K. 2002. “Jacques Derrida” dalam Peter Beilharz [ed]. Teori-teori Sosial Observasi Kritis terhadap para Filosof Terkemuka. Yogyakarta Pustaka Pelajar, Terjemahan. Hatta, Mohamad. 1979. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan. Jakarta Penerbit Mutiara. Hatta, Mohamad. 2005. Indonesia Merdeka Indonesie Vrij. Yogyakarta Aditya Media dan PUSTEP UGM. Hatta, Mohamad. 2012. Ke Arah Indonesia Merdeka. Jakarta Yayasan Hatta. Koran Sindo [suratkabar]. Jakarta, Indonesia 16 September 2015. Latif, Yudi. 2012. Intelegensia Muslim dan Kuasa Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke-20. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Lunandi, 1987. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta Penerbit Gramedia. Madjid, M. Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telaah Kritis Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta Yayasan Wakaf Paramadina. Madjid, M. Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Malik, Kholis. 2002. Konflik Ideologi Kemelut Asas Tunggal di Tubuh HMI. Yogyakarta Insani Press. Mishra, Ramesh. 2000. Globalization and the Welfare State. London McMillan. PB HMI [Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam]. 2013. Hasil-hasil Kongres Himpunan Mahasiswa Islam ke-XVIII. Jakarta Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. Piliang, Yasraf Amir. 2011a. Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi. Jakarta Mizan Publika. Piliang, Yasraf Amir. 2011b. Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung Penerbit Matahari. Rachman, Budhy Munawar. 2011. Ensiklopedi Nurcholish Madjid Jilid 2, H-L. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, edisi digital. Robbins, Stephen P. 2001. Psikologi Organisasi. Jakarta Penerbit Prenhallindo, Terjemahan. Saptaningrum, Indriaswati D. 2011. “Sebuah Jerat Bernama Masa Lalu” dalam AZASI Majalah Analisis Dokumentasi dan Hak Azasi Manusia, Edisi Maret – April. Jakarta Penerbit ELSAM [Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat]. Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung Karya Putra Darwati. Schroder, Peter. 2010. Strategi Politik. Jakarta Friedrich-Naumann-Stiftung Fuer die Freiheit, Terjemahan. Sen, Amartya. 2007. Kekerasan dan Ilusi tentang Identitas. Tangerang Marjin Kiri, Terjemahan. Shaleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila. Yogyakarta Kelompok Studi Lingkaran. Shihab, M. Quraish. 2000. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung Penerbit Mizan. Siroj, Said Aqil. 2006. Tasawuf sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Bandung Penerbit Mizan. Sitompul, Agussalim. 1976. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975. Surabaya Penerbit Bina Ilmu. Sitompul, Agussalim. 1995. Historiografi HMI, 1947-1993. Jakarta Penerbit Intermasa. Sitompul, Agussalim. 2001. “Pemikiran HMI Himpunan Mahasiswa Islam tentang Keislaman – Keindonesiaan, 1947-1997”. Disertasi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta Program Pascasarjana IAIN [Institut Agama Islam Negeri] Sunan Kalijaga. Sitompul, Agussalim. 2010. “Refleksi 63 Tahun Perjuangan HMI, Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan HMI Suatu Tinjauan Historis dan Kritis terhadap Fase-fase Perjuangan HMI dalam Menjawab Tantangan Masa Depan”. Makalah dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat Nasional HMI [Himpunan Mahasiswa Islam] Cabang Malang, Jawa Timur, pada hari Senin, tanggal 20 Juni. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta RajaGrafindo Persada. Soekarno. 1965. Di Bawah Bendera Revolusi Djilid Kedua. Djakarta Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi. Susanti, Inda et al. 2015. “Jumlah Rakyat Miskin Melonjak”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Susanto, Eko Harry. 2014. “Media, Baru, Kebebasan Informasi, dan Demokrasi di Kalangan Generasi Muda”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta Penerbit Sinar Harapan. Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta Bumi Aksara. WHSA [White House Signal Agency]. 1961. “Inaugural Address, 20 Januari 1961”. Tersedia secara online juga di [diakses di Jakarta, Indonesia 30 Oktober 2015]. [diakses di Jakarta, Indonesia 10 Oktober 2014].
Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia - Himpunan Mahasiswa Islam merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu tokohnya dan merupakan mahasiswa yang memprakarsai berdirinya HMI, Lafrane Pane, adalah seorang aktivis yang memiliki kualitas SDM yang bisa dibilang baik pada waktu itu serta kesadaran dalam dirinya atas mirisnya keadaan nasional dan mahasiswa islam pada waktu itu. Bagaimana HMI dapat berdiri di Indonesia? Berikut adalah Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Singkat Berdirinya HMI di IndonesiaDalam sejarah HMI di Indonesia, ada beberapa aspek yang nanti akan mengantarkan kita dalam sejarah berdiri, berkembang, serta perjuangan HMI. Kita perlu memahaminya satu per satu agar dalam mempelajari suatu sejarah tidak terjadi salah pemahaman. Adapun aspek-aspek tersebut adalah 1 Latar belakang berdirinya HMI, 2 Berdirinya HMI, dan 3 Sejarah Perjuangan HMI terdiri dari fase-fase. Berikut penjelasannyaLatar Belakang Berdirinya HMI1. Situasi InternasionalTentang kemunduran umat islam sudah banyak sekali tulisan ataupun argumen yang sudah menjelaskan, dan itu sangat variatif, mulai dari dibakarnya perpustakaan Bait al Hikmah, serangan tentara Mongol, sampai kemunduran berpikir umat islam pada waktu itu. Dan dari semua argumen, yang paling mendekati kebenaran obyektif dan yang sesungguhnya terjadi adalah kemunduran berpikir umat islam karena terlena dengan masa kejayaannya. Budaya berpikir umat islam tidak lagi maju, alias dari kemandegan dalam berpikir iru, ada beberapa kelompok yang ingin melawan keterbatasan umat islam dalam menjalani keislamannya secara menyeluruh kaffah. Mereka menginginkan islam yang total, islam yang sesuai dengan al Quran dan Hadis. Arti dari silam keseluruhan menurut mereka adalah bahwa islam tidak hanya terbatas pada ritus keagamaan saja, melainkan juga segala kehidupan di dunia ini. Mereka menamakan gerakan yang mereka buat dengan Gerakan Gerakan tersebut juga memantik kelompok yang akhirnya juga mendirikan sebuah wadah, seperti di Negara Turki dan Mesir 1720 & 1807 M. Beberapa pimpinannya adalah Rifaah Badawi Ath Tahtawi 1801 – 1873 M, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab pencetus Wahabi di Saudi Arabia 1703 – 1787, Muhammad Abduh 1849 – 1905 M, dan Situasi NKRIMasuknya imperialisme Barat ke Indonesia yang dipimpin oleh Cornelis De Hotman pada tahun 1596. Pada tahun itulah Indonesia mulai dijajah sampai 350 tahun lamanya, atau tiga setengah abad. Imperialisme Barat pada waktu itu membawa tiga 3 hal, yaituPenjajahanMisionaris. Yaitu upaya kristianisasi pribumi Barat atau yang biasa kita sebut dengan Westernisasi yang bercirikan sekulerisme dan liberalisme. 3. Kondisi Mikrobiologis Umat IslamSebelum HMI berdiri, di Indone terbagi empat 4 golongan umat islam yang menjadi latar belakang berdirinya HMI di Indonesia. Adapun empat 4 golongan tersebut adalah sebagai berikuta. Golongan PertamaGolongan pertama ini ialah mereka umat islam yang melaksanakan ajaran islam sekadarnya saja atau bisa disebut kultur islam yang wajib, seperti pernikahan, kematian, dan kelahiran Golongan KeduaGolongan kedua ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang melaksanakan ajaran islam yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Golongan KetigaGolongan ketiga ini ialah para Alim Ulama serta pengikut-pengikutnya yang terjerembab pada mistisisme, yaitu mereka menitiberatkan ajaran islam dalam kehidupan di dunia hanya berfokus pada akhirat Golongan KeempatGolongan yang terakhir ini ialah golongan kecil umat islam yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, hal ini sesuai dengan prinsip agama islam. Mereka memiliki keinginan dan berupaya agar ajaran islam dapat diimplementasikan di Indonesia sesuai dengan sosio-kultur Kondisi Perguruan Tinggi Serta Dunia KemahasiswaanSebelum HMI berdiri, ada dua 2 faktor yang memberi corak dalam perguruan tinggi serta kemahasiswaan. Adapun dua 2 faktor tersebut adalah sebagai berikuta. Sistem PendidikanAdapun sistem pendidikan pada waktu itu, khususnya di perguruan tinggi dan umumnya pendidikan, memakai sistem barat, yang mana sistem tersebut mengarah kepada tumbuhnya sekularisme mengenyampingkan agama di segala aspek kehidupan dalam diri peserta Organisasi KemahasiswaanAda dua 2 organisasi kemahasiswaan yang berjalan di bawah PKI Partai Komunis Indonesia, yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY dan Serikat Mahasiswa Indonesia SMI. Bergabung dua 2 faham sekulerisme dan komunisme ini memicu terjadinya “Krisis Keseimbangan” karena melanda perguruan tinggi dan kemahasiswaan. Krisis kesimbangan yang terjadi pada akhirnya akan membuat rancu, karena antara akal dan hati, jasmani dan rohani, dan kebutuhan antara duniawi dan ukhrowi tidak HMI1. Latar Belakang Munculnya PemikiranHMI berdiri merupakan prakarsa dari seorang mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Islam Sekarang Universitas Islam Indonesia yang bernama Lafran Pane. Secara garis besar, Lafran Pane merupakan anak keenam dari Sultan Pangaribaan Pane. Dia lahir di Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Masa mudanya dia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta, dan sekolah Muhammadiyah. Latar belakang berdirinya HMI dari pemikirannya adalah “Memandang serta menyadari keadaan hidup mahasiswa muslim yang tidak sepenuhnya paham dan mengamalkan ajaran islam”. Keadaan tersebut timbul karena sistem pendidikan dan situasi masyarakat pada masa itu, sehingga membuat sebuah wadah organisasi menjadi sebuah yang akan didirikan tersebut harus memiliki SDM yang mampu mengikuti alam pemikiran dan pikiran mahasiswa tentang keinginan untuk menuju sebuah pembaharuan atau inovasi dalam segala bidang kehidupan, lebih-lebih dalam aspek keagamaan. Dan tujuan tersebut tidak akan pernah terealisasi jika Indonesia tidak bebas, tidak merdeka, rakyatnya tidak makmur. Oleh karena itu, organisasi ini harus mempertahankan NKRi dan berusaha memakmurkan rakyat Peristiwa 5 Februari 1947Beberapa kali agenda rapat yang diadakan oleh Lafran Pane terjadi kegagalan, sehingga akhirnya dia membuat rapat dadakan yang diadakan ketika jam kuliah Tafsir. Rapat tersebut pada hari Rabu 14 rabiul Awal 1366 H, tepatnya pada 5 Februari 1947 di salah satu ruang kelas di STI, jalan Setiodiningratan sekarang Panembahan Senopati. Akhirnya mahasiswa-mahasiswa lainnya pun masuk ruangan tersebut. Dalam prakatanya, Lafran Pane yang memimpin berkata “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena segala sesuatu yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima adalah yang akan diajak mendirikan HMI, dan yang menentang biar terus menentang, toh tanpa mereka, organisasi ini bisa berdiri dan berjalan”.Ada 15 tokoh yang ikut andil dalam pendirian HMI, antara laina. Lafran Pane Yogyakartab. Karnoto Zarkasyi Ambarawac. Dahlan Husein Palembangd. Siti Zaenab Palembange. Maisaroh Hilal Singapurof. Soewali Jemberg. Yusdi Ghozali Semarangh. M. Anwar Malangi. Hasan basri Surakartaj. Marwan Bengkuluk. Tayeb Razak Jakartal. Toha Mashudi Malangm. Bidron Hadi Kauman-Yogyakartan. Zulkarnaen Bengkuluo. Mansyur Perjuangan HMIDalam perjuangannya, HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang tidak luput dari gejolak mengalami sembilan 9 fase dalam perkembangannya. Berikut ini adalah fase-fase yang dijalani HMI dalam sejarah perjuangan Fase Konsolidasi November 1946 – 5 Februari 1947Seperti diterangkan di atas, ketika Lafran Pane mendadak mengadakan rapat di salah satu ruang kelas, di situ dan pada waktu itu juga HMI resmi didirikan, tepatnya pada 5 Februari Fase Pengokohan 5 Februari 1947 – 30 November 1947Berjalannya HMI yang masih belia mengadakan aktivitas-aktivitas serta sosialisasi kepada mahasiwa dan masyarakat. Dalam Kongres Mahasiswa seluruh Indonesia yang diadakan di Malang pada 8 Maret 1947, HMI mendelegasikan Lafran Pane dan Asmin Nasution. Kongres ini merupakan kesempatan besar bagi HMI agar dikenal oleh mahasiswa seluruh beberapa bulan setelah Kongres, HMI berdiri di beberapa cabang, yaitu di Solo dan Malang. Di umur HMI yang masih sangat belia, yaitu sembilan 9 bulan, HMI mengadakan Kongres I di Yokyakarta yang bertepatan pada 30 November 1947. Dalam Kongres I HMI tersebut, MS. Mintaredja terpilih menjadi Ketua PB Fase Perjuangan Fisik 30 November – 27 Desember 1949HMI lahir pada situasi yang terbilang tidak baik, yaitu pada saat Indonesia yang walaupun sudah memproklamirkan kemerdekaannya, masih saja terus dijajah. HMI ikut serta dalam mengusir para penjajah, sampai pada 27 Desember 1949 Indonesia mencapai kedaulatan terjadi pengkhianatan oleh PKI di Madiun 18 Spetember 1948, HMI ikut andil dalam penumpasan pemberontakan itu. Sejak Affair Madiun tersebut PKI memiliki dendam terhadap Fase Pembinaan dan Konsolidasi Organisasi 1950 – 1963Merupakan keputusan yang bijak ketika pusat kantor PB HMI dipindah dari Yogyakarta ke Jakarta pada tahun 1951 bulan Juli, dan Lukman E. Hakim ditunjuk menjadi ketua PB HMI menggantikan Mintaredja, dan Sekjen digantikan oleh dalam memimpin HMI, Lukman E. Hakim tidak dapat memimpin secara sempurna, dan akhirnya menyerahkan kepemimpinan kepadaA. Dahlan Ranuwihardja, sehingga dengan terpaksa HMI mengadakan Kongres Luar Biasa darurat. Kongres darurat tersebut akhirnya disahkan sebagai Kongres II HMI di Yogyakarta pada 15 Desember Dahlan Ranuwihardja terpilih menjadi ketua umum PB HMI periode 1951 – 1953 ditemani M. Rajab Lubis sebagai sekretaris umumnya. Pada periode ini HMI fokus kepada pembinaan anggota, yaitu dengan membentuk basis-basis yang terdiri dari komisariat, cabang, badan koordinator badko, dan lembaga-lembaga Fase Tantangan dan Pengkhianatan 1964 – 1965Karena menurut PKI, HMI merupakan musuh, sehingga CGMI organisasi mahasiswa di bawah naungan PKI diberi mandat oleh mereka untuk membubarkan HMI. Puncak dari aksi tuntutan pembubaran HMI terjadi pada bulan September 1965. Jika DN. Aidit Ketua CC PKI pada 13 September 1965 diberi gelar Bintang Mahaputra, pada saat yang sama Generasi Muda Islam Jakarta Raya menunjukkan solidaritasnya untuk bersama membela HMI. Setelah empat hari, HMI dinyatakan jalan terus, artinya tidak dibubarkan, hal itu terjadi atas keputusan komando tertinggi Retoling Aparatur Revolusi atau Kotrar Bung Karno.Pada tanggal 30 September 1965, akhirnya PKI mengambil jalan pintas dengan melakukan tindak kekerasan. Makar yang dilakukan oleh PKI mereka sebut dengan Gerakan 30 September atau G30S. Namun ABRI dan rakyat Indonesia yang anti terhadap PKI akhirnya dapat menggulung G30S/PKI dengan waktu yang relatif Fase Penggerak Angkatan 1966 Pelopor Orde Baru; 1966 – 1968Wakil Ketua PB HMI, Mar’ie Muhammad menyalurkan sebuah inisiatif untuk mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim sekaligus yang memprakarsai berdirinya pada 25 Oktober 1965. Prof. Dr. Syarif, Menteri PTIP mengesahkan organisasi tersebut dengan syarat 1 Mengamankan Pancasila, 2 memperkuat bantuan ABRI dalam penumpasan Gestapu/PKI sampai ke akar-akarnya. Massa aksi KAMI yang pertama diadakan berupa rapat umum yang dilaksanakan pada November 1965, tepat di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba, tanggal 10 Januari 1966 KAMI membentuk sebuah tuntutan yang terbungkus dalam Tritura yang berisi 1 Bubarkan PKI, 2 Retoling kabinet, dan 3 turunkan harga. Setelah KAMI berdiri, terbentuklah Kesatuan Aksi Pemuda pelajar Indonesia KAPPI pada 9 Februari 1966, yang dipimpin oleh M. Thamrin dari PII. Tuntutan kedua KAMI, yaitu retoling kabinet, oleh rezim orde lama dijawab dengan pembentukan kabinet Dwikora. Hal tersebut memicu kemarahan rakyat, sehingga mengundang aksi dan demonstrasi. Demonstrasi berlangsung selama sebelas hari, mulai 1 Maret hingga 11 Maret 1966. Dari terjadinya aksi mahasiswa dan rakyat itulah akhirnya Ir. Soekarno menciptakan Surat Sebelas Maret Supersemar. Keesokan harinya, tepat tanggal 12 Maret 1966 PKI dinyatakan dibubarkan dan dilarang beserta segala sayapnya. Setelah Ir. Soekarno turun dan digantikan oleh Jendral Soeharto dalam memimpin Indonesia, HMI turut mendukung pemerintahan yang Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan dan Modernisasi 1969 – 1970Ada tiga 3 bentuk partisipasi HMI dalam pembangunan Indonesia, yaitu 1 pembentukan suasana, situasi, dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2 pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, dan 3 bentuk pelaksanaan langsung dari pembangunan. Menurut M. Dawam, HMI pada masa orde baru masuk ke birokrasi dan secara tegas mendukung proses modernisasi. Namun menurutnya, HMI masuk ke dalam birokrasi tidak melalui diskusi-diskusi yang bersifat keilmuan intelektualitas, melainkan secara langsung andil dalam pembangunan. Bisa dikatakan kader-kader HMI pada waktu itu merupakan kader-kader yang Fase Pergolakan Pemikiran Sejak tahun 1968, gejala-gejala gejolak pemikiran sudah nampak sebelum akhirnya pada tahun 1970 benar-benar muncul. Para aktivis sejak 1970-an memikirkan bagaimana mereka mendapatkan substansi bukannya bentuk. Adapun tema yang menjadi titik perhatian mereka pada waktu itu adalah 1 Peninjauan kembali landasan teologis atau filosofis politik islam, 2 pendefinisian kembali cita-cita politik islam, 3 peninjauan kembali tentang cara dan cita-cita politik dapat dicapai secara efektif. Seorang aktivis pasti memiliki sisi idealisme dan aktivisme. Dalam prosesnya, idelisme dan aktivisme mereka dapat dibagi dalam tiga 3 aspek 1 pembaharuan teologis, 2 reformasi politik atau birokrasi, dan 3 transformasi Fase Reformasi 1998 – SekarangPada fase ini, rezim orde baru menerapkan beberapa kebijakan yang selaras dengan kepentingan sosial-ekonomi dan politik umat islam. Selama beberapa tahun tidak lagi terjadi aksi, sampai pada tahun 1998 muncul gerakan reformasi. Krisis moneter yang terjadi merupakan salah satu yang memicu mahasiswa kembali turun ke jalan. Pada waktu itu nilai rupiah sangat melemah, semelemahnya rezim orde baru, sampai akhirnya nilai rupiah meningkatkan, Rp. per dolar meningkat menjadi Rp. per dolar. Hal tersebut membuat rezim orde baru kaget dan keadaan tidak dapat dikendalikan. Akhirnya reformasi berhasil dan Jenderal Soeharto turun dari jabatannya sebagai fase-fase yang dialami oleh HMI dari awal berdirinya sampai sekarang. Mungkin itu saja untuk pembahasan tentang Sejarah Singkat Berdirinya HMI di Indonesia. Semoga dapat memberi manfaat kepada rekan-rekan sekalian. Dan jika bagi rekna-rekan bermanfaat, bisa dibagikan ke banyak orang. Terimakasih.
Dibaca 72 OPINI, – Pada awal abad ke-20 dakwah Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi dakwah yang pada masa berikutnya berkembang menjadi organisasi masa ormas Islam di antaranya SyarIkat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan Islam Persis, Nahdhatul Ulama NU, Persatuan Umat Islam PUI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah Perti, Mathla’ul Anwar, Jam’iyyah Al-Washliyah, Nahdhatul Wathan NW, Lembaga Dakwah Syarikat Islam IndonesiaLDSII dan sebagainya. Kalau dilihat secara negatif, munculnya organisasi-organisasi tersebut mencerminkan perpecahan umat Islam. Akan tetapi, bila kita melihatnya melalui cara pandang yang benar, maka kita akan melihatnya sebagai kekayaan dakwah Islam di Indonesia yang sangat luar biasa. Dakwah Islam adalah dakwah yang komprehensif, mencakup berbagai aspek dalam kehidupan manusia seperti ekonomi, kebudayaan, politik, sosial, pendidikan, pemikiran, dan sebagainya. Selain itu, dakwah pun harus menyentuh semua manusia di berbagai tempat. Demikian tuntutan dakwah Islam. Bila cara pandang ini kita gunakan untuk melihat lahir dan berkembangnya lembaga dakwah ormas-ormas Islam, maka kita akan mengerti bahwa keberadaan ormas-ormas tersebut memang dibutuhkan dalam konteks dakwah Islam di Indonesia, sebab setiap ormas lahir dengan kekhasan dakwah masing-masing. Kita lihat contoh-contoh gerakan masing-masing dengan mainstream gerakannya. Sekilas Sejarah HMI KORKOM IKIP JKT/UNJ HMI didirikan di Yogyakarta pada 5 Februari 1947 yang diprakarsai oleh Lafran Pane. HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejarah HMI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sikap HMI yang memandang Indonesia dan Islam sebagai satu kesatuan integratif yang tidak perlu dipertentangkan. Bila membicarakan sejarah HMI maka tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia itu sendiri. Sejarah HMI merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia, dimulai dari mempertahankan kemerdekaan, penumpasan PKI pada masa Orde lama dan dilanjutkan sejarah Indonesia pada masa orde baru. Menurut Agussalim Sitompul dalam buku Sejarah dan Perjuangan HMI 1947-1975 menjelaskan bahwa latar belakang berdirinya HMI ada tiga faktor, yaitu Pertama, situasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, kondisi Indonesia. Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi dan menurut Budi Riyoko, di samping tiga faktor di atas, terdapat satu faktor lain yang melatarbelakangi berdirinya HMI, yaitu situasi dunia saat ini HMI masih tetap hadir dan memberikan peranannya pada bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya hingga sekarang, HMI mengalami dinamika perjuangan seperti yang diungkapkan oleh Agus Salim Sitompul dalam bukunya Sejarah Perjuangan HMI 1947-1975 dan diperbaharui dalam buku Historiografi HMI 1947-1995, menurutnya ada lima fase perjuangan HMI, yaitu 1 Fase Perjuangan Fisik 1947-1949 2 Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa 1949-1963 3 Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru 1963-1966 4 Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa 1966-1998 5 Fase Pasca Orde Baru 1998-saat ini Sesuai dengan fase-fase tersebut, HMI di IKIP Jakarta tidak terlepas dari Jakarta sebagai Markasnya PB HMI, awalnya IKIP Jakarta bagian dari FKIP UI dan pada Tahun 1964 berdiri sendiri dengan nama IKIP JAKARTA dan kampusnya juga bersebelahan dengan UI Tahun, Ketua Umum PB HMI pernah menjabat Rektor IKIP Jakarta Noer aktivis HMI IKIP Jakarta yang juga angkatan 1966 seperti Arief Rachman,Basry Siregar, Asmaniar Sikumbang,Azis Ritonga dan generasi berikutnya tahun 1970-1980 an ada Zainal Abdin Urra,Kastolani,Fahmi Idris,Zaghlul Yusuf,Thamrin Abdullah,Muchlis R,Fuad Abdillah,Slamet Muhaimin,Achmad Ridwan, Ba’lawi Nuad, Ris Muhammad Tohbayu,Zainullah Muluk,Dharsono Sumarjo,Djaid, Prastowo Sidhi, Hud Sholeh,Farid Wajdi Shan dan Sampai dengan tahun 1990 hingga penulis selesai studi di IKIP Jakarta, HMI KORKOM IKIP JAKARTA/UNJ di telah berkembang menjadi 5 komisariat yakni FIP FPIPS Anwar M Ket. 1 Kom, FPBS Iwan K. Hamdan, Ket. Kom FMIPA Darojat Ket. Kom, FPTK Nursupriyanto Ket. Kom dan FPOK Raffles Hujar Ket. Kom. HMI dan Orde Baru Sebagai bagian yang ikut andil dalam proses kelahiran Orde Baru dengan bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI, ketiga organisasi mahasiswa Islam ini mengawali dengan optimis. Salah satu yang disuarakan oleh gerakan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI adalah agar PKI dibubarkan, tuntutan itu dikabulkan oleh Orde Baru. Gerakan mahasiswa juga berharap banyak pada Orde Baru. Tetapi dalam perkembangannya, gerakan mahasiswa juga dikecewakan dengan berbagai kebijakan Orde Baru. Di antara kebijakan yang secara langsung bersinggungan dengan dunia mahasiswa antara lain 1. SK KOPKAMTIB No. 02/Kopkam/1978 yang isinya membekukan Dewan Mahasiswa. 2. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0156/U/1978 yang melarang aktivitas mahasiswa di bidang politik dan hanya memperbolehkan diskusi-dikusi akademik di kampus. 3. Instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 002/DK/Ins/1978 yang menempatkan seluruh kegiatan mahasiswa berada di bawah kendali Pembantu Rektor III—yang dibantu oleh Pembantu Dekan III. Instruksi ini juga memutuskan pembentukan sebuah Badan Koordinasi Kampus BKK yang memberikan kewenangan bagi pimpinan kampus untuk memberi sanksi kepada aktivis mahasiswa atau membubarkan sebuah organisasi mahasiswa yang dianggap menggangu stabilitas politik, dan 4. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1/U/1978 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan pembubaran Dewan Mahasiswa dan membatasi kegiatan mahasiswa hanya dalam aspek hobi, keilmuan, dan keterampilan. HMI Korkom IKIP Jakarta dan LDK Musholla Mahasiswa Mensikapi NKK/BKK, aktifis HMI IKIP Jakarta menjadikan ruang dakwah lebih dinamis di Musholla Mahasiswa sebagai unit kegiatan minat Kerohanian Islam Mahasiswa tingkat Institut dan Kerohanian Islam Tingkat Fakultas dan Jurusan/Prodi, yang penulis amati masa akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an antara aktifis HMI IKIP Jakarta dan Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta seperti dua sisi mata uang bersinergi menyuarakan dakwah Islam di kalangan mahasiswa, terlebih ikhtiar pemberantasan buta huruf Al-Qur’an dan Mentoring Agama Islam di kalangan Mahasiswa Islam dalam bentuk penguatan basis dan pengembangan wawasan keislaman di samping kegiatan rutin PHBI, Kajian Ramadlan In Campus. Pada fase ini singkat kata sinergi, penguatan manajerial dan kepemimpinan juga di gawangi HMI Korkom IKIP Jakarta dan aktifis Musholla Mahasiswa IKIP Jakarta di samping sering melaksanakan LDK,Intermediate Trainng , juga Coaching Instruktur kerjasama dengan Rayon RATU. HMI MPO di IKIP Jakarta Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi HMI-MPO merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan Mahasiswa Islam itu sendiri merupakan Organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia. Penambahan istilah MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI ke-16 yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI mengalami perpecahan internal sebagai akibat dari represi dari rezim Orde Baru yang memaksa penerapan Azas Tunggal Pancasila. HMI yang semula hanya berazaskan Islam terbelah menjadi dua kubu, yaitu antara kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dengan kubu yang berusaha mengikuti perintah Presiden Soeharto mengubah azasnya menjadi Pancasila. Kubu yang tetap mempertahankan azas Islam dalam HMI kemudian menamakan diri dengan Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi disingkat HMI-MPO. Sedangkan kubu yang mengikuti perintah Presiden Soeharto sering disebut HMI-DIPO, dikarenakan Sekretariat Pengurus Besarnya yang berada di Jalan Diponegoro. HMI-MPO lebih senang menamakan diri sebagai HMI 1947, karena mengacu pada tahun pendirian Himpunan Mahasiswa Islam yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya. Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia. Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB pengurus besar HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI Jl. Diponegoro 16, Jakarta. Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif. Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal HMI-DIPO dan HMI yang menolak asas tunggal HMI-MPO, dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritik kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta dan LMMY Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ. Tahun 1984-1986 Aktifis yang berperan menegaskan Islam sebagai Azas Perjuangan di HMI MPO di IKIP Jakarta seperti Slamet Muhaimin,Ba’lawi Nuad,Ris Mohammad Toh Bayu, Zainullah Muluk,Prastowo Sidhi dan yang lainnya. Mensikapi wacana Senat Mahasiswa Tinggi di acara Simposium yang di selengggarakan IKIP Jakarta Aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa di Akhina Iwan Kusuma Hamdan,Endang Sidik Permana dan Muhammad Sholeh di kenal militansinya dengan menyumbangkan pemikiran walau beradu argumentasi dengan teman aktifis dari kelompok semar. Dalam kondisi kebijakan pemerintah yang tidak mendukung pada keleluasaan gerakan mahasiswa, muncul arus baru gerakan mahasiswa Islam yang dikenal dengan gerakan dakwah kampus, atau LDK yang menjadi organisasi formal atau intra kampus. Kehadiran LDK ini bersamaan dengan maraknya gerakan dakwah di kalangan umat Islam pada sekitar tahun 1980an. Gerakan dakwah kampus ini berkembang dengan pesat dan membentuk sebuah wadah bersama yang diberi nama Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus FSLDK, aktifis HMI Korkom IKIP Jakarta/Musholla Mahasiswa, turut membidani untuk wilayah Barat di Masjid Salman ITB 1988Hadir Bambang Setiawan,Achmad Sutrisno,Anwar Musadat,Raffles Huzar dan Deklarasi LDK Kampus Tingkat NasionalFSLDK Nara Sumber Noer dan Ustadz Abbas Aula di IKIP Malang/Unbraw Malang Jawa Timur Hadir Mohammad Sholeh,Endang Musadat dan Solichin Subekti Perkembangan LDK ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap dinamika gerakan mahasiswa Islam yang ada sebelumnya, tetapi karena wilayah kerjanya berbeda LDK menjadi organisasi intra-kampus maka pengaruhnya tidak begitu signifikan terhadap organisasi seperti HMI, PMII, dan IMM organisasi ekstra-kampus. Di beberapa kampus, kehadiran LDK justru dijadikan mitra oleh organisasi ekstra kampus. FSLDK yang tumbuh berkembang sejak tahun 1980-an inilah melalui FSLKD menjelang tumbangnya Orde Baru membentuk wadah perjuangan bersama dan kemudian menjadi organisasi ekstra kampus bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, dan pada tahap berikutnya LDK juga bisa dikaitkan dengan dibentuknya organisasi lain pada tahun 2004 bernama Gema Pembebasan. Kehadiran organisasi yang tumbuh pesat pada era refomasi ini mampu menggeser popularitas dan basis kampus yang telah didominasi oleh organisasi yang telah ada sebelumnya, pergeseran ini terutama terjadi di Perguruan Tinggi Negeri non agama, dan PTAIN, khususnya di fakultas atau jurursan eksakta. Kondisi politik yang bebas dan ekonomi yang makin baik menghadirkan kelas menengah baru di kota-kota yang mencari pegangan hidup, dalam hal ini Islam memberi jawaban praktis melalui pola dan karakter gerakan baru yang cenderung formalis dan praktis. Sebagai organisasi Islam, semua organisasi mahasiswa yang dibahas di sini memiliki corak atau karakter keislaman. Karakter atau corak keislamannya inilah yang berpengaruh bagi organisasi teresebut dalam meraih simpati mahasiswa. Organisasi-Organisasi yang telah lahir dan tumbuh sejak awal kemerdekaan Indonesia karena banyak terlibat langsung dalam dinamika sejarah Indonesia, maka karakter keisalamannya cenderung lebih kontekstual dan substansif. Tetapi kecenderungan baru umat Islam khususnya di kalangan mahasiswa yang muncul dan marak pasca reformasi membuat organisasi ini sedikit berkurang peminatnya. Relasi keagamaan organisasi lama terebut bisa dilacak pada dua organisasi Islam dominan lain di Indonesia, seperti NU dan Muhammadiyah. Sedangkan organisasi yang lahir belakangan, cenderung lebih normatif dan praktis, dan karakter keislaman yang dikembangkan bisa dilacak melalui relasi kultural keagamaan yang identik dengan gerakan Islam trans-nasional, seperti LDK dan KAMMI dengan Ikhwanul Muslimin dan Gema Pembebasan dengan Hizbut Tahrir. HMI dan Masa Depan Ummat/Bangsa Di setiap kesuksesan dalam sebuah pertempuran pasti ada syarat-syarat sukses yang terpenuhi. Begitu juga ketika mengalami kekalahan, pasti ada sebab. Sebabnya adalah tidak memenuhi syarat-syarat untuk sukses. Begitulah siklus hidup yang berlaku bagi individu maupun komunitas. HMI saat lahirnya sudah mendeklarasikan diri sebagai sebuah lembaga non profit, semua kadernya diberi beban yang sama. Melakukan proses perkaderan demi keberlangsungan lembaga ini di masa-masa yang akan datang. Banyak sekali organisasi yang bubar, kini hanya menyisakan puing sejarah akibat dari proses perkaderan yang tidak berjalan secara maksimal. Ini alasan yang kuat kenapa HMI masih ada, meskipun di setiap pergantian kepengurusan di tingkatan komisariat sampai PB selalu dinamis. Dengan berhasilnya HMI melewati setiap etape dinamis itulah kader-kadernya semakin teruji mentalnya di semua tingkatan pengabdian. Di setiap peringatan Milad HMI, semua kader dianjurkan untuk merefleksikan perjalanannya sejauh ini. Beban apa saja yang sudah dimenangkan, mengevaluasi sebab-sebab kekalahan. Memproyeksikan ulang agar kader HMI terus eksis di masa yang akan datang . Gerakan sosial di masyarakat adalah gerak untuk memperoleh pengakuan akan identitasnya. Sebab, pengakuan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia, kata Axel Honneth seorang filsuf Jerman. Pernyataan Honneth ini cukup kompatibel dengan semangat HMI dalam mengajarkan kader-kadernya untuk mengabdikan diri di semua sektor dan lapisan. Meskipun, terdapat beberapa kejadian yang mendistorsi semangat awal lahirnya HMI. Tapi secara umum, dinamika HMI adalah gerak agar diakui kontribusi konkritnya untuk ke-Islaman dan ke-Indonesian . Tahun 2021 HMI, sebuah usia yang matang akibat menempuh perjalanan yang tidak singkat. Jika dibanding dengan usia republik dan kontribusi HMI untuk mengisi kemerdekaan, kita belum terlalu jauh dalam mengayunkan langkah. HMI harusnya sudah melakukan imajinasi baru. Memulai sebuah mimpi yang diproyeksikan dengan sungguh-sungguh dan menjawabnya. Tantangan ke depan semakin besar, syarat-syarat untuk sukses juga semakin berat. Itulah sebabnya, satuan waktu yang kita gunakan untuk memproyeksikan kejayaan HMI di masa yang akan datang haruslah panjang. Jika kita menginginkan bangsa ini terus berjalan, HMI harus sudah berimajinasi melampaui usia bangsanya. Merancang agenda-agenda besar jangka panjang. Tahun 2012 Erdogan meletakkan tahapan penting dari keberhasilan ekonomi Turki sekarang. Dia berani melakukan transformasi besar-besaran di Turki, berpindah dari sistem Liberal Sekulerisme ke sistem yang lebih mendekati Islami. Merubah negara the sick man in ureopa yang penduduknya banyak miskin ini menjadi kaya raya. Erdogan membuat rencana yang lumayan setiap 5 tahun sekali. Sebelum Turki merubah kebijakan negaranya, terlebih dahulu mereka mengukur jarak mereka dengan negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa dalam bidang agama ,ekonomi, teknologi, dan militer. Jarak itulah yang dijadikan titik tolak untuk mengejar ketertinggalan. Tahun 2018 kemarin, Turki lakukan evaluasi atas rencana mereka dalam mengejar ketertinggalan yang sudah berjalan hampir setengah abad. Dan hasilnya, Turki yang tadinya adalah negara miskin itu kini bermetamorfosis menjadi sebuah kekuatan baru yang cukup disegani dunia. Pelajaran yang bisa diambil oleh HMI dari sebuah langkah besar yang dilakukan Erdogan di Turki adalah penggunaan satuan waktu yang panjang dalam merancang agenda besar HMI ke depan. Terutama dalam konteks mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Rancangan agenda jangka panjang itu bertujuan agar HMI tidak berjalan di tempat. Pergantian kepengurusan tidak hanya siklus tahunan yang tidak menghasilkan apa-apa. Tapi momentum yang cukup strategis untuk memulai. Malik Ben Nabi seorang filsuf Aljazair mengatakan “keberhasilan besar dalam sejarah selalu berkaitan dengan besarnya gagasan sebagai pemicu keberhasilan tersebut”. Erdogan tidak hanya menggunakan satuan waktu yang besar, tapi juga dia cerdas meletakkan gagasan besarnya dalam menatap masa depan Turki yang kita lihat sekarang. Saat kita ingin mendeklarasikan bahwa HMI akan terus ada demi mewujudkan Al-Quran dan Sunnah Rasululloh . Kita mesti berfikir dalam satuan waktu yang panjang juga. Saat ini HMI adalah waktu yang tepat untuk merancang agenda besar dalam satuan waktu yang panjang. Dinamika internal mesti mendewasakan setiap kader. Riak-riak internal haruslah dimaknai sebagai bumbu penyedap dari suatu masakan yang hendak matang. Kita harus sudah selesai secara internal. Agar agenda besar jangka panjang bisa dirancang secara bersama-sama. Dari harapan itulah yang mendorongnya mendeklarasikan sebuah organisasi yang merepresentasikan mahasiswa islam meskipun mendapatkan tantangan dimana-mana. Sebagai kader, kita semua harus bertanggungjawab dalam merawat harapan yang diberikan pendiri-pendiri HMI. Syarat untuk sukses dan tetap bertahan relatif masih kita pertahankan, yaitu dengan terus adanya perkaderan di tingkatan yang paling bawah. Tapi, kita tidak boleh berjalan di tempat tanpa memikirkan alternatif jalan yang lebih cepat untuk sukses. Membuat proyeksi jangka panjang agar kita tidak tampak berjalan di tempat. “Seorang jenderal yang kuat dengan pasukan yang lemah atau seorang jenderal yang lemah dengan pasukan yang kuat adalah pertanda kekalahan.” Begitu kata Sun Tzu. Antara anggota di lapisan paling bawah dan kader-kader yang diberi amanah berada di posisi-posisi struktural di tingkatan paling atas sampai bawah mesti saling bersimbiosis. Kita harus kuat semunya, tantangan ke depan bagi HMI semakin besar dan menantang. Baru-baru ini di Malaysia dilangsungkan sebuah pertemuan yang inisiatifnya datang dari Mahatir, Erdogan dan Imran dari Pakistan. Konklusi dari pertemuan itu kira-kira ingin mengeluarkan dunia Islam dari keterpurukan. Memang benar, secara empiris dapat kita lihat bahwa hampir seluruh konfilik kemanusiaan di dunia saat ini terjadi di dunia Islam, korbannya tentu ummat Islam juga. Belum lagi gerakan islamophobia yang sudah semakin mewabah bukan hanya di dunia barat tapi juga merangsak masuk ke negara-negara Asia, India, Myanmar, China adalah contohnya dan masih banyak negara Asia yang lain. Organisasi Konferensi Islam OKI yang semestinya berperan aktif dalam memproteksi kepentingan ummat Islam justru tidak berdaya dibawah agresi meliter yang dilakukan barat atas dunia Islam. HMI tidak boleh terlalu lama hidup di pinggir sejarah, realitas hari ini mendesak kita untuk keluar dan lebih bermanfaat lagi. Bukan hanya untuk ummat dalam negeri, tapi juga berguna bagi dunia. Ini adalah saat yang tepat dalam mewartakan penghapusan penjajahan di atas dunia. Dengan Islam , HMI mesti hadir sebagai duta untuk perdamaian dunia. Masa depan bangsa atau dunia dalam cakupan yang lebih besar ada di tangan anak-anak muda. HMI sebagai organisasi yang diisi anak-anak muda yang cerdas sudah saatnya membuat sebuah lompatan jauh. Sambil memenuhi persyaratan-persyaratan untuk sukses dalam menuntaskan tanggung jawab keummatan dan kebangsaan. HMI adalah gerakan peradaban, elemen penting dari kebudayaan Indonesia. Terima atau tidak, HMI begitu banyak meninggalkan sidik jari bagi perkembangan sejarah Indonesia. Para pendiri dan angkatan awal adalah para ideolog yang meletakkan dasar betapa pentingnya kader harus terdistribusi secara proporsional ke semua sektor. Orientasi perkaderan HMI sudah saatnya dirancang untuk melahirkan kader yang dapat mengisi sektor-sektor yang mengalami defisit. Menjadi pengusaha contohnya, padahal ini juga profesi yang sangat penting dalam menopang terwujudnya masyarkat adil makmur. Meskipun ada satu atau dua organisasi internal yang dibentuk dalam rangka mewadahi alumni-alumni yang berprofesi pengusaha. Belum ada progres yang berarti ke akar rumput komisariat-komisariat. Menjadikan HMI visioner adalah bahagian penting proyeksi masa depan. Agar kita tidak lagi mengandalkan proposal dalam setiap penyelanggara kegiatan. Langkah yang demikian ini, juga bahagian dari mengeluarkan HMI dari keputusan-keputusan organisasi yang kerap mendapatkan intervensi dari luar. Caranya adalah, ke depan kurikulum perkaderan kita haruslah dipikirkan ulang, agar kader tidak hanya menumpuk di satu profesi Peradaban dunia terus bergerak, tepat seperti diutarakan Samuel Huntington. Peradaban seumpama patahan lempeng tektonik yang terus bergeser dan pada waktunya berbenturan satu sama lain sehingga menimbulkan guncangan hebat. Sudah saatnya HMI mempersiapkan kader-kadernya menghadapi tantangan global. Kader perlu juga di dorong untuk melanjutkan studi ke manca negeri. Agar setelah pulang dapat memberikan khasanah baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam negeri. Rosulullah dengan tepat mendiagnosa kekalahan dan akibat-akibat kekalahan di perang Uhud itulah pasukan Islam selalu menang di peperangan-peperangan setelahnya. Masa depan HMI, kesuksesan hanya akan kita raih jika kita betul-betul memenuhi sebab-sebab agar sukses. Catatan Dakwah di IKIP JKT/UNJ, respon pasca Sillaturrahiem Alumni HMI MPO IKIP Jakarta/UNJ, 8 Juni 2021 di Masjid Kampus Attaqwa Rawamangun Jakarta Tmur Anwar Musaddad, Alumni HMI Pengalaman Organisasi Ketua I HMI Komisariat FPIPS IKIP Jakarta 1986 – 1987 Sekretaris Umum Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1989 – 1990 Kabid I Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1988 – 1989 Koor. PHBI Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1987-1988 Mide Formatur HMJ Sejarah/Ketua DEPSOSPEN HMJ Sejarah FPIPS IKIP Jakarta 1986-1987 Pengalaman Pelatihan Mental Training Lembaga Dakwah Kampus LDK MM IKIP Jakarta 1985 Basic Training– Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1986 Basic Training Senat Mahasiswa FMIPA IKIP Jakarta 1987 Intermediate Training – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 Coaching Instruktur – Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta 1988 DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz, Politik Islam Politik Pergulatan Ideologis PPP Menjdi Partai Islam, Yogyakarta Tiara Wacana, 2006. , Varian-Varian Fundamentalisme Islam di Indonesia, Jakarta Diva Pustaka, 2006. Abdul Munir Mulkhan, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Umat Islam 1965-1987 Dalam Perspektif Sosiologis, Jakarta Rajawali Press, 1991. Adi Surya Culla, Patah Tumbuh Hilang Berganti Sketsa Pergolakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia 1908-1998, Jakarta Rajawali Press, 1999. Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman – Keindonesiaan HMI 1947 – 1997, Jakarta Logos, 2002. Sejarah Perjuangan HMI Tahun 1947-1975, Surabanya Bina I lmu, 1976. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1,Bandung Salamadani, cet. V, 2012. Ahmad Syafii Maarif, Politik Identitas dan Masa Depam Pluralisme Kita, Jakarta Yayasan Abad Demokrasi, Edisi Digital, 2012. Ahmad Syafii Mufid Ed., Perkembangan Paham Keagamaan Trans-nasional di Indonesia, Jakarta Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011. Ajib Purnawan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bersaksi di Tengah Badai Catatan Kritis Sejarah Kelahiran IMM Melawan Komunisme, Yogyakarta Buku Panji, 2007. Andi Rahmat dan Muhammad Najib, Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus,Surabaya Pustaka Saga, 2015. Asad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta LP3ES, 2009. Azyumazdi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta dan Tantangan, Bandung Remaja Rosdakarya, 2000. Azyumardi Azra, Jajat Burhanuddin, Taufk Abdullah Ed., Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Institusi dan Gerakan, Jakarta Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. Bachtiar Effendy, Islam dan Negara Transformasi Gagasan dan Praktek Politik Islam di Indonesia. Edisi Digital. Jakarta Yayasan Abad Demokrasi,
fase fase perjuangan hmi